
Foto: Goethe-Institut
Bagaimana suasana bekerja di Jerman? Gastblogger Dimas menjelaskan dalam artikelnya
Belum lama ini, saya mendengar kampanye bertajuk
“Make it in Germany”, yang merupakan salah satu dari rangkaian program Pemerintah Jerman yang bertujuan menarik tenaga ahli asing untuk datang dan bekerja disana. Ketika mencari beberapa artikel terkait kampanye ini, saya menemukan sebuah pernyataan membanggakan dari mantan Menteri Ekonomi dan Teknologi Jerman, Dr. Philipp Rösler. Beliau mengatakan bahwa Jerman menyukai tenaga ahli yang berasal dari India, Vietnam dan Indonesia!
Foto: Goethe-Institut Indonesien/Dimas Abdirama
Sungguh memotivasi mendengarnya. Selepas menyelesaikan studi di Technische Universität Berlin, saya memutuskan tinggal lebih lama untuk mencoba peluang tersebut. Lain ladang, lain ilalang. Alhasil, saya pun mulai mengumpulkan informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan. Berikut beberapa informasi yang saya dapatkan,
Pertama, semua yang berhubungan dengan pekerjaan, mulai dari lama kontrak, hak dan kewajiban pekerja, sampai informasi spesifik, seperti objek yang dikerjakan, serta jam kerja per hari, tertulis jelas dalam kontrak kerja
(Arbeitsvertrag).
Pekerjaannya sendiri dibagi dalam dua jenis, yaitu pekerjaan penuh waktu
(Vollstelle) dan pekerjaan paruh waktu
(Halbstelle). Pekerjaan paruh waktu juga dibagi lagi, ada yang benar-benar separuh (50%) atau yang bobotnya lebih dari separuh (misalnya 65%). Lama waktu bekerja kategori
Vollstelle adalah sekitar 40 jam seminggu/ 8 jam per hari. Sedangkan untuk kategori Halbstelle, setengahnya, yaitu sekitar 20 jam seminggu/ 4 jam per hari.
Pada praktiknya, kita biasanya diberi kebebasan menentukan waktu bekerja secara fleksibel, asal sesuai dengan ketentuan. Misalnya, dari pukul 9 pagi hingga 5 sore, atau lembur
(Überstunden) yang dikompensasi dengan bekerja lebih sedikit pada waktu lain. Menariknya, keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi sangat diperhatikan. Disini, Anda akan mendapatkan hak cuti sebanyak 30-40 hari kerja dalam setahun. Menggiurkan, bukan?
Foto: Panthermedia/AlexanderRaths
Selain jam kerja, hal lain yang perlu diketahui adalah cara bergaul dengan orang-orang di lingkungan kerja, baik ke atasan
(Chef) atau rekan
(Kollegen). Disini, ada dua bentuk sapaan,
„Sie“ yang dalam bahasa Indonesia sepadan dengan „Anda“, dan
„du“ yaitu „kamu“. Usahakan tidak salah menempatkan sapaan, karena akan dianggap kurang sopan. Ingat, jika kita tidak begitu dekat secara pribadi ke atasan atau rekan, jangan sekalipun memulai percakapan dengan sapaan
„du“, kecuali memang sudah ada kesepakatan tertentu. Namun, banyak juga tempat kerja yang terbiasa dengan sapaan
„du“, meski baru pertama kali bertemu.
Dari pengalaman saya, kedekatan secara pribadi akan timbul jika kita turut bergabung di kegiatan-kegiatan waktu senggang
(Freizeit) yang rutin diadakan, seperti makan malam bersama, pesta kebun, jalan-jalan atau nonton teater. Bagaimana dengan pakaian? Jawabannya bisa beragam, tergantung Anda bekerja dimana dan pada bidang apa.
Anda berminat bekerja di Jerman?