
Foto: Goethe-Institut Indonesien/Ayub Darmawan
Di Jerman anak baru lahirpun sudah didaftarkan ke Kindergarten. Mengapa demikian?
Punya anak balita adalah suatu hal yang istimewa bagi keluarga Indonesia yang tinggal di Jerman. Alasannya karena orang tua sang anak akan merasakan keunikan proses pencarian Kindergarten/Kindertagesstätte (Taman Kanak-kanak) di Jerman. Setiap anak berusia 3 tahun ke atas berhak mendapatkan kesempatan menjalani KiTa di kota tempat tinggalnya. Perbedaan sistem dan aturan mengirimkan anak ke Kindergarten/Kindertagesstätte (KiTa) menyebakan orang tua tak boleh bersantai ria dalam mencari KiTa. Meskipun jenjang KiTa statusnya hanya setengah wajib, tetapi sangat disarankan untuk diikuti karena akan memengaruhi psikologis, pemahaman sosial, dan kesiapan mental dan fisik anak saat memasuki jenjang wajib sekolah. Di sisi lain, bagi orang asing, KiTa adalah langkah awal anak dalam pemerolehan bahasa ke-dua.
Meskipun dalam satu kota terdapat beberapa KiTa yang dikelola oleh negeri, gereja Katolik ataupun Protestan, lembaga-lembaga sosial atau organisasi kemasyarakatan, dan bahkan ada yang dikelola oleh Komisi Perlindungan Anak negara Jerman, akan tetapi kebutuhan tempat di KiTa selalu mendesak. Berikut alasannya dan informasi tambahan terkait KiTa di Jerman:
1. Usia anak yang diterima mulai dari 1-6 tahun (sebelum usia wajib sekolah), artinya rentangan usianya sangat panjang sehingga yang mendaftar tentunya akan sangat banyak. Di Jerman banyak orang tua dengan situasi dimana keduanya bekerja.
2. Jumlah anak yang diterima dalam satu tahun angkatan disesuaikan dengan jumlah tempat kosong yang dimiliki Kindergarten tsb. Misalnya di tahun 2016 ada 10 anak yang lulus dari KiTa X dan masuk ke sekolah dasar, maka KiTa X hanya akan dapat menerima 10 anak baru di tahun ajaran baru. Jumlah penerimaan yang sangat kecil ini yang menyebabkan orang tua harus berkeliling mencari KiTa yang dapat menampung sang anak.
3. Jam Betreuung (jam pembinaan atau penjagaan) setiap KiTa dapat bervariasi, akan tetapi dimulai paling pagi pukul 07.00 s.d. paling lambat jam 17.00 atau jam 18.00 (tergantung program di KiTa masing-masing).
4. Orang tua boleh memilih paket jam Betreuung yang sesuai dengan kebutuhan. Ada paket 25 Jam per minggu (maksimal penjemputan pukul 12.00), 35 Jam per minggu (maksimal penjemputan jam 14.00), 40 Jam per minggu (maksimal penjemputan jam 15.00), 45 jam per minggu (maksimal penjemputan jam 16.00), 50 Jam per minggu (maksimal penjemputan jam 17.00), dst. Paket jam Betreuung ini bisa bervariasi setiap KiTa tergantung sumber daya manusia dan fasilitas yang dimiliki setiap KiTa.
5. Orang tua di Jerman mendaftarkan anak-anaknya jauh sebelum sang anak masuk ke usia yang “disarankan” masuk KiTa. Bahkan sejak anak itu lahir sudah didaftarkan di KiTa yang dituju. Hal ini tejadi karena setiap tahun jumlah yang dapat diterima di KiTa terbatas sekali, sehingga daftar tunggu sebuah KiTa bisa jadi sangat panjang. Seorang anak harus menunggu 1-3 tahun untuk dapat mendapatkan satu tempat di KiTa. Inilah salah satu tantangan besar para orang tua di Jerman.
“KiTa bukan sekolah” sehingga konsep di KiTa akan berbeda dengan konsep sekolah dasar. Kebanyakan KiTa di Jerman menggunakan sistem open space dimana tidak ada kelas terpisah antara anak angkatan yang satu dan angkatan yang lain. Mereka memang digolongkan dalam kelompok usia masing-masing, akan tetapi mereka tetap dapat melihat dan bergabung dengan kelompok lain dengan pengawasan Erzieher (guru TK) dalam kegiatan-kegiatan KiTa.
Anak-anak KiTa tidak dituntut untuk dapat membaca, menulis dan berhitung secara detail, karena itu akan diajarkan di sekolah dasar. Anak KiTa akan diajak mengenal huruf, angka, ilmu alam, ilmu sosial, bahasa, seni, disiplin, tata krama, dan lain sebagainya melalui aktivitas-aktivitas menarik tanpa terbebani dengan “nilai” fisik yang terdapat di sebuah buku rapor. Kendati demikian perkembangan anak akan tetap bisa dipantau melalui laporan tahunan Erzieher kepada orang tua. Laporan tsb. tidak berupa angka melainkan berupa deskripsi, analisis psikologi, analisis perkembangan bahasa, dll. Data yang diperoleh orang tua bersifat kualitatif bukan kuantitatif. Jadi jangan heran kalau Anda akan menerima sekitar 20 halaman laporan tentang anak Anda selama setahun tanpa menemukan ranking berapa anak Anda dan berapa nilai berhitung nya.
Lalu bagaimana dengan biaya di KiTa? Karena kita bukan bagian dari wajib sekolah, maka orang tua tetap harus membayar. Besar pembayarannya disesuaikan dengan penghasilan orang tua per tahun dan biaya yang dibayarkan berbeda di setiap negara bagian Jerman.
Demikian sekilas info tentang KiTa di Jerman, semoga bermanfaat.
- Ayub Darmawan-