
Foto: Goethe-Institut Indonesien/Ajeng Irdhani Putri
Gastbloggerin Ajeng kali ini berbagi informasi mengenai apa saja barang-barang yang dibawanya ke Jerman. Simak artikel berikut ini...
Setahun yang lalu saya memutuskan pindah ke Jerman untuk melanjutkan kuliah dan juga mencari kerja. Genap 3 minggu yang lalu, saya tiba di Berlin, Jerman. Saya ingat sekali betapa bingung dan paniknya saya mendekati hari keberangkatan karena banyak sekali yang harus diselesaikan, dipersiapkan dan dibawa ke Jerman.
Saya terbang dengan salah satu maskapai timur tengah dengan ketentuan bagasi terdaftar 30 kg dan 7 kg untuk bagasi kabin. Untungnya sekarang segala macam informasi dapat diakses melalui internet. Saya pun mencari tahu barang-barang apa saja yang sebaiknya saya kemas untuk kepindahan ke Jerman.
Setelah mempelajari informasi online yang saya temukan, akhirnya saya memutuskan untuk membawa barang-barang sebagai berikut:
1. Dokumen-dokumen penting seperti paspor, akta lahir, ijasah, terjemahan dokumen penting,dll,
2. Pakaian
3. Baju tradisional seperti batik
4. 2 pasang sepatu, (satu untuk acara formal, satu sepatu olahraga)
5. Peralatan elektronik seperti Laptop, Handphone, kamera beserta adaptor dan charger,
6. Obat-obatan pribadi juga obat-obatan khas Indonesia seperti jamu dan balsem,
7. Makanan khas Indonesia,
8. Oleh-oleh khas Indonesia.
9. Beberapa Buku dan kamus
Foto: Goethe-Institut Indonesien/Ajeng Irdhani Putri
Barang yang saya bawa memang tidak sedikit, oleh karena itu saya harus mencari cara agar koper tidak terlalu penuh serta tidak melebihi ketentuan bagasi. Yang saya lakukan adalah mengemas baju-baju dengan menggunakan plastik hampa udara, sementara jaket dan sepatu untuk musim dingin, yang kebetulan sudah saya miliki, tidak dimasukan ke dalam koper.
Jika kepindahan para pembaca ke Jerman sekitar bulan Mei – Agustus, pembaca tidak perlu pusing memikirkan baju musim dingin, karena di Jerman harga baju-baju musim dingin jauh lebih murah dibanding di Indonesia.
Peralatan elektronik disarankan tidak dibawa ke Jerman, karena di Jerman barang-barang ini dapat dibeli dengan harga yang terjangkau.
Walaupun sebelum keberangkatan saya mengecek kembali barang bawaan, sesampainya di Jerman saya masih menyesali beberapa hal.
Contohnya, saya terlalu banyak membawa baju dengan motif dan warna yang susah untuk dikombinasikan. Alhasil saya harus membeli beberapa baju agar bisa dipadupadankan. Kemudian baju tradisional yang saya bawa juga terlalu banyak. Ternyata satu baju batik cukup untuk dapat dipakai di berbagai situasi. Begitu pula dengan buku yang saya bawa. Selain berat dan boros tempat, ternyata di Jerman buku dijual dengan harga yang tidak terlalu mahal, bahkan ada juga tempat di mana kita bisa mendapatkan buku gratis.
Setidaknya saya tidak menyesali satu hal. Awalnya saya ingin membawa penanak nasi dari Indonesia. Setelah dipikir-pikir lagi akhirnya saya memutuskan untuk tidak membawanya dengan pertimbangan untuk menghemat tempat di koper. Di Jerman saya membeli penanak nasi tanpa harus merogoh kocek terlalu banyak.
Seperti kata pepatah „Nasi sudah menjadi bubur“. Sudah terlanjur saya membawa barang yang sebenarnya tidak terlalu diperlukan. Yang terpenting ketika berencana untuk tinggal lebih lama di Jerman jangan sampai lupa untuk membawa dokumen pribadi dan terjemahannya. Selebihnya bisa didapatkan di Jerman. Bahkan makanan khas Indonesia pun ada di Jerman!
-Ajeng Irdhani Putri-